Penerapan Ilmu Rekayasa Genetika Untuk Mendapatkan Bibit Unggul Dalam Memaksimalkan Hasil Lahan
Organisme hidup pada umumnya memiliki sepasang set kromosom pada sebagian besar tahap hidupnya.
Organisme ini disebut diploid (disingkat 2n). Namun untukmenciptakanbuahunggul,
sepertibuahtanpabijidiperlukansel yang memilikiset kromosom (genom) lebih dari sepasangataupoliploidi. Organisme yang memiliki keadaan demikian
disebut sebagai organisme poliploid. Usaha-usaha yang dilakukan orang
untuk menghasilkan organisme poliploid disebut sebagai poliploidisasi.
Tipe poliploid dinamakan tergantung banyaknya set
kromosom. Jadi, triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid
(5n), heksaploid (6n), oktoploid, dan seterusnya. Dalam
kenyataan, organisme dengan satu set kromosom (haploid, n) juga ditemukan hidup normal di
alam.Di alam, poliploid dapat terjadi karena kejutan listrik (petir), keadaan lingkungan ekstrem, atau
persilangan yang diikuti dengan gangguan pembelahan sel. Perilaku reproduksi tertentu mendukung poliploidi terjadi, misalnya perbanyakan
vegetatif atau partenogenesis, dan menyebar luas.Poliploidi buatan dapat dilakukan dengan meniru yang
terjadi di alam, atau dengan menggunakan mutagen. Kolkisin adalah mutagen yang umum dipakai untuk
keperluan ini. Efeknya cepat diketahui dan aplikasinya mudah. Teoriinilah
yang digunakanoleh Made SupaladalammenjalankanbisnisBuahUnggulnya (LIPI, 2011).
Autopoliploid terjadi apabila suatu spesies, karena salah satu
sebab di atas, menggandakan set kromosomnya dan kemudian saling kawin dengan
autopoliploid lain. Pola pembelahan sel autopoliploid rumit karena melibatkan
perpasangan empat, enam, atau delapan set kromosom. Triploid karena
autopoliploid dapat bersifat fertil.
Allopoliploid terjadi karena persilangan antarspesies dengan genom yang berbeda tanpa diikuti reduksi jumlah
sel dalam meiosis. Amfidiploid adalah allotetraploid yang perilaku pembelahan selnya
serupa dengan diploid. Allopoliploidi segmental terjadi apabila sebagian
kromosom berasal dari genom yang berbeda (tidak semuanya berasal dari set
kromosom yang lengkap).Suatu spesies dapat bersifat diploid, meskipun dalam
sejarah perkembangan evolusinya berasal dari poliploid. Spesies demikian
dikenal sebagai paleopoliploid. Contoh spesies ini misalnya padi. Dengan n=10, padi berasal dari moyang
poliploid dengan n=5.
Poliploidi seringkali memberikan efek dramatis
dalam penampilan atau pewarisan sifat yang bisa positif atau negatif. Tumbuhan secara umum bereaksi positif terhadap
poliploidi. Tetraploid (misalnya kentang) dan heksaploid (misalnya gandum) berukuran lebih besar (reaksi
"gigas", atau "raksasa") daripada leluhurnya yang diploid.
Karena hasil panen menjadi lebih tinggi, poliploidi dimanfaatkan dalam pemuliaan tanaman. Berbagai kultivartanaman hias (misalnya anggrek) dibuat dengan mengeksploitasi poliploidi.
Reaksi negatif terjadi terhadap kemampuan reproduksi,
khususnya pada poliploidi berbilangan ganjil, meskipun ukurannya membesar.
Karena terjadi ketidakseimbangan pasangan kromosom dalam meiosis, organisme dengan ploidi ganjil biasanya mandul (steril). Pemuliaan tanaman, sekali lagi, mengeksploitasi
gejala ini. Karena mandul, semangka triploid tidak memiliki biji yang normal (bijinya
tidak berkembang normal atau terdegenerasi) dan dijual sebagai "semangka
tanpa biji". Penangkar tanaman hias menyukai tanaman triploid karena biji
tanaman ini tidak bisa ditumbuhkan sehingga konsumen harus membeli tanaman dari
si penangkar
(Suminah, 2010).
Komentar
Posting Komentar