KELAHIRAN AWATARA YANG KE DELAPAN SHRI KRISHNA
Pada suatu masa, saat Kangsa menjadi Raja di Kerajaan
Matura. Tersebutlah ia adalah seorang raja yang memimpin dengan angkuh,
sombong, dan serakah. Ia memiliki seorang sahabat yang bernama Basudewa dan seorang adik yang
bernama Devaki. Kangsa dan Basudewa telah lama bersahabat, baik dalam suka
maupun duka. Kangsa pun sangat mencintai dan menyayangi adiknya. Dan untuk
memilihkan pasangan yang tepat bagi adiknya, maka Kangsa meminta Basudewa untuk
mendampingi adik kesayanganya. Walaupun Basudewa sudah memiliki seorang istri
yang bernama Dewi Rohini, namun titah raja tak mungkin dapat ditolak. Oleh
sebab itu, diiklaskanlah Basudewa untuk memadukan dirinya.
Tibalah pada hari perayaan
pernikahan Basudewa dan Devaki.
Perayaan yang sangat meriah juga megah, seluruh undangan dan warga kerajaan bersuka ria menari dan bernyanyi. Namun, kesukaan tersebut tiba-tiba pecah dan rusak oleh perkataan dari seorang pendeta yang bernama Rsi Senjasi. Beliau menyebutkan bahwa anak ke-8 dari Devaki akan membunuh dan membinasakan Kangsa. Kebenaran akan peranyataan Rsi tersebut dibuktikan dengan suara petir yang menggelegar, dan cepatnya pergerakan awan di langit. Seketika itu juga berubahlah raut wajah Kangsa menjadi marah dan ketakutan. Dan segera ia menitahkan para pengawalnya untuk memenjarakan Rsi Senjasi di tempat orang kusta. Kangsa juga menitahkan pengawalnya untuk memenjarakan sahabat setianya Basudewa dan adik tercintanya Devaki di penjara bawah tanah.Tangisan Devaki dan nasehat Basudewa tak dihiraukan lagi oleh Kangsa. Basudewa dan Devaki tetap akan dipenjarakan sampai lahirnya anak ke-8 yang akan dibunuh Kangsa.
Perayaan yang sangat meriah juga megah, seluruh undangan dan warga kerajaan bersuka ria menari dan bernyanyi. Namun, kesukaan tersebut tiba-tiba pecah dan rusak oleh perkataan dari seorang pendeta yang bernama Rsi Senjasi. Beliau menyebutkan bahwa anak ke-8 dari Devaki akan membunuh dan membinasakan Kangsa. Kebenaran akan peranyataan Rsi tersebut dibuktikan dengan suara petir yang menggelegar, dan cepatnya pergerakan awan di langit. Seketika itu juga berubahlah raut wajah Kangsa menjadi marah dan ketakutan. Dan segera ia menitahkan para pengawalnya untuk memenjarakan Rsi Senjasi di tempat orang kusta. Kangsa juga menitahkan pengawalnya untuk memenjarakan sahabat setianya Basudewa dan adik tercintanya Devaki di penjara bawah tanah.Tangisan Devaki dan nasehat Basudewa tak dihiraukan lagi oleh Kangsa. Basudewa dan Devaki tetap akan dipenjarakan sampai lahirnya anak ke-8 yang akan dibunuh Kangsa.
Ya,
Kangsa telah tenggelam dalam ketakutannya akan putra Devaki yang diutus Dewa
untuk membunuhnya. Sebab ia telah menitahkan prajuritnya untuk melapor setip
kali Devaki melahirkan. Walaupun ia berusaha sembunyi dibalik kesombongannya,
namun hal itu sia-sia saja, sebab ajalnya tinggal beberapa langkah lagi. Sebenarnya,
ia memiliki dugaan yang salah pada sahabat dan adiknya. Kangsa sangat merasa
kecewa karena menduga sahabat setia dan adik tercintanya telah bersekongkol
dengan Dewa untuk membunuhnya. Hal itu sangat disayangkan, sebab jika ia sadar
dan mengerti alasan Dewa mengirimkan seseorang untuk membunuhnya, dan berusaha
untuk berbenah diri, mungkin pahala yang akan ia terima sedikit lebih ringan.
Tapi hal itu tidak terjadi, Kangsa tetap pada kesombongan dan keserakahannya
dan tak berubah.
Di saat
yang sama, Devaki sedang mengandung anaknya yang pertama. Ia meratp dan
menangis. Ia selalu mempertanyakan nasibnya kepada Basudewa, walau tak ada
jawaban yang pasti. Basudewa berusaha untuk menguatkan bathin istrinya. Hal itu
terus terjadi hingga tibalah hari kelahiran putra pertama Devaki. Kangsa pun
datang dengan pedang terhunus, setelah mendapat laporan dari prajuritnya. Ia
meminta putra tersebut pada Devaki, dan tentunya Devaki menolak. Basudewa pun
telah memohon agar putranya tidak diambil, namun ia didorong sampai terjatuh,
dan tak dapat berbuat banyak. Hingga akhirnya, Kangsa mengambil putra tersebut
dengan paksa dan dilemparkannya ke tembok, sampai bayi tersebut tak dapat
bernafas lama di Bumi.
Devaki
berteriak dan menangis histeris, menyaksikan putra pertamanya dibunuh oleh
kakaknya sendiri. Basudewa pun meratap dan memandangi darah yang mengalir dari
tembok menuju mayat putranya yang telah kaku. Kangsa tertawa, karena merasa
telah menggagalkan langkah Dewata yang pertama. Namun sesungguhnya, ia telah
mentertawakan dirinya sendiri yang tinggal tujuh langkah lagi akan bertemu
dengan ajalnya. Hingga pada suatu hari Dewi Rohini datang menghadap kepada
Kangsa untuk meminta izin menjenguk Devaki. Kangsa memberi izin kepada Dewi
Rohini, dan meminta tolong padanya untuk menghibur adiknya yang sebenarnya
masih sangat dikasihinya. Setibanya ia di penjara bawah tanah dan bertemu
dengan Basudewa dan Devaki, ia merasa sangat sedih. Mendengar cerita Basudewa
yang sudah kehabisan akal untuk menabahkan istrinya, hingga ia dimohon untuk
menghibur Devaki yang saat itu tengah mengandung putra ke-duanya. Saat Dewi
Rohini mendekati Devaki semakin menjadi-jadilah tangis Ibu yang malang itu. Ia
semakin teringat akan nasib buruk yang menimpanya. Hingga bertutur katalah Dewi
Rohini untuk mengiburnya, sampai menetes pula air mata Dewi Rohini. Setelah
Devaki agak tenang, pergi lah sudah Dewi Rohini.
Hari
kelahiran putra ke-dua Devaki telah tiba, Kangsa pun datang dengan pedangnya.
Tragedi itu kembali terjadi. Beturut-turut sampai pada anak ke-6 Devaki.
Sampai-sampai kering terasa air mata Devaki dan Basudewa, mengiringi keenam
putranya yang meninggalkan dunia sesaat setelah mereka lahir. Saat Devaki
mengandung putra ke-7nya Dewi Rohini datang untuk menjenguk kembali. Karena
saking sedihnya Dewi Rohini mendengar cerita Devaki, ia ingin mengambil dan
merawat janin yang sedang dikandung oleh Devaki. Tentunya Devaki mengizinkan
janinnya diambil oleh orang yang tepat seperti Dewi Rohini.
Mendengar
tak adanya tanda-tanda kelahiran putra ke-7 dari Devaki, Kangsa pun bingung.
Tapi itu tak terlalu dipermasalahkan olehnya karena yang ia perlukan adalah
membunuh putra ke-8 Devaki. Tak beberapa bulan kemudian Devaki telah mengandung
putranya yang ke-8. Ia hanya berharap agar ramalan Rsi Senjasi itu benar-benar
terjadi, agar pengorbanannya selama ini tidak sia-sia. Basudewa pun berharap
demikian. Devaki mengisi masa kehamilannya dengan terus menangis dan meratap.
Basudewa juga kebingungan harus bagaimana lagi menguatkan bathin istrinya dan
dirinya yang sedang diberikan tanggung jawab yang sangat berat oleh Dewata.
Tibalah detik-detik kelahiran putra Devaki yang ke-8. Petir menyambar-nyambar,
halilintar yang menggelegar semakin mengheningkan suasana. Tiba-tiba pada mlam
yang gelap itu, terdapat sebuah cahaya yang terang yang memasuki penjara bawah
tanah tempat akan lahirnya putra ke-8 Devaki. Sesaat kemudian lahirlah Shri
Kresna ke dunia ini. Terdengarlah dari langit, Dewata bersabda, ’’Wahai
Basudewa, putramu ini adalah utusan dari Dewa untuk membinasakan Kangsa karena
kesombongan dan keserakahannya. Bawalah putra ini pada sahabatmu Raja Nanda di
Gokula, ia akan merawat anakmu dengan baik!”. Seusainya Dewata bersabda,
tiba-tiba lepaslah rantai yang mengikat tubuh Devaki dan Basudewa. Bergegaslah
Basudewa untuk membawa putranya ke Gokula dan akan diserahkan pada Raja Nanda.
Begitu Basudewa mendekati pintu penjara, tiba-tiba dengan ajaibnya pintu itu
terbuka sendiri dan para pengawal pingsan seketika. Segeralah Basudewa berangkat menuju Gokula, dengan
membawa putranya yang lahir pada hari Rabu tengah malam dengan bintang Sing.
Basudewa terus berjalan menembus gelapnya malam, yang disertai dengan hujan
badai yang menggoyang-goyangkan tumbuhan seakan memberi salam pada putranya.
Degan
menyeberangi Sungai Yamuna, yang cukup dalam ia sampai di Negeri Gokula, dan bergegas menuju rumah
Raja Nanda. Sesampainya disana ia disambut dengan sangat baik oleh Raja Nanda.
Raja Nanda kemudian mengambil Shri Kresna dari Basudewa, dan menukarnya dengan
putrinya yang juga baru saja dilahirkan oleh istrinya Yasoda akan tetapi tidak
dirasakan oleh Yasoda. Basudewa sempat menolak karena ia tak rela mengorbankan
putri sahabatnya demi putranya. Namun karena Raja Nanda mendesaknya, maka
dibawalah putri yang tak berdosa itu. Hingga sampailah ia di penjara bawah tanah
dan menceritakan persoalan putri tersebut pada istrinya. Istrinya merasa
kasihan dan mengecup putri tersebut. Setelah Basudewa kembali masuk, keadaan
kembali seperti semula, rantai yang mengikat dan pintu yang terkunci, serta
pengawal yang beranjak sadar. Salah satu dari pengawal tersebut segera bergegas
dan melapor pada Kangsa mengenai Devaki melahirkan seorang putri. Mendengar
kabar tersebut, Kangsa tertawa saking senangnya, karena mengganggap Dewata
merasa takut dantidak jadi mengirimkan putra sebagai utusan untuk membunuhnya.
Akan tetapi, ia tetap berkeinginan untuk membunuh putri tersebut dan segera
mendatangi adik dan sahabatnya di penjara bawah tanah. Bayi putri tersebut
ditarik dari tangan Devaki. Namun ketika akan dilemparkan ke tembok bayi putri
tersebut melayang di atas, seakan diselamatkan oleh Dewata. Dan melalui langit
yang gelap diiringi petir Dewata bersabda seakan mewakili putri Raja Nanda itu,
”Aku bukanlah tantanganmu. Kau tak akan mati jika Aku hidup. Namun, yang akan
mencabut nyawamu telah lahir, bersiaplah!”, mendengar sabda tersebut semakin
terlihatlah ketakutan yang terpancar dari wajah Kangsa.
Maka sejak
saat itu Devaki dan Basudewa merawat bayi putri dari Yasoda dan Raja Nanda,
begitu juga halnya dengan Dewi Rohini yang merawat putra ke-7 Devaki dengan
baik. Sementara Yasoda dan Raja Nanda merawat putra ke-8 dari Devaki dan
Basudewa hingga beranjak dewasa dan menjalankan titah untuk memusnahkan Kangsa.
Komentar
Posting Komentar